Daftar isi
Selayang Pandang
Pesantren Al Fatah Temboro – Salam buat para pembaca ibnudin. Pada artikel ini penulis akan membahas mengenai salah satu pondok terbaik di Indonesia. Seperti dijudul nama pondok ini adalah Pondok Pesantren Al Fatah Temboro. Pondok ini berada di Desa Temboro Kec. Karas, Kab. Magetan Jawa Timur.
Kalau berbica pondok pesantren, seringkali kita menjumpai orang yang menyepelekannya. Ada anggapan pondok itu berisi orang-orang yang nakal kemudian dimasukkan dipondok, atau tempat orang yang ndeso. Bahkan ada yang mengatakan bahwa pesantren adalah sarang pelaku kejahatan dan mengajarkan radikalisme.
Yang jadi pertanyaan, apakah mereka yang mengatakan seperti itu sudah pernah melihat pondok pesantren langsung. Jika belum. Cobalah kunjungi pondok pesantren di Temboro Magetan ini. Penulis pastikan kamu akan merasakan sensasi yang menarik.
Penulis sendiri merasakan sensasi yang adem. Ya maksudnya muslim yang dingin, lembut dan ramah. Tidak seperti stigma yang mengatakan semakin taat semakin radikal. Ah bagi penulis itu hoax murahan.
Nah, untuk kelanjutan ulasan mengenai Pondok Pesantren Temboro Magetan akan penulis ulas melalui beberapa sub pembahasan dibawah.
Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Magetan
Pondok Pesantren al Fatah terletak di Desa Temboro Kec. Karas, Kab. Magetan Jawa Timur. Pesantren ini mungkin masih asing bagi sebagian orang karena memang letak pesantren ini bukan di pusat kota.
Penulis sendiri baru mengetahui pondok pesantren ini melalui media sosial. Kemudian ada beberapa teman yang juga pernah datang ke pondok ini. Beruntungnya penulis diberi kesempatan oleh Allah untuk berkunjung pondok ini.
Sejarah Pondok Pesantren Al Fatah Temboro
Pendiri Pondok pesantren ini bernama KH. Sarbun Sidik pada tanggal 1 Mei 1939. Berawal dari sebuah Masjid yang diberi nama Al Fatah. Kemudian tahun 1952, KH. Sidik membokar rumahnya sendiri untuk dibangun sebuah pondok yang muat untuk tinggal sekitar 50 santri.
Kemudian berkembang dengan pendirian gedung madrasah, menambah gedung pondok, tanfidul Qur’an, dan masih banyak lagi. Pondok pesantren al Fattah temboro juga memiliki program yang bernama usaha perluasan Dakwah Islamiyah. Dengan tujuan menghidupkan sunah-sunah Nabi secara arif dan bijaksana, Mulai dari menghidupkan masjid hingga ziaroh kepada para ulama.
Saat ini pesantren Temboro sangat berkembang pesat. Untuk luas wilayah pondok saat ini sekitar 50 hektar. Sedangkan santri Pondok Temboro mencapai 19.000 santri ditambah kurang lebih 600 dari luar negeri.
Pondok ini juga kerap dikaitkan dengan komunitas islam yang sering disebut Jama’ah Tablig (JT). Saat penulis berada di pondok tersebut tidak menemukan kalimat pondok ini milik jama’ah tablig atau kalimat yang serupa.
Karena memang jama’ah tablig bukanlah organisasi resmi yang terstruktur. Namun JT adalah sebuah gerakan dakwah yang ingin benar-benar terjun di masyarakat. Ini masih kesimpulan pribadi dari pengamatan sendiri dan ngobrol dengan beberapa aktivis dakwah JT.
Pondok pesantren Al Fatah Temboro dari segi mazhab fiqh mengikui Mazhab Syafi’iyah. Kemudian dalam hal akidah, beraqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah yakni mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Maturidi.
Para santri lulusan dari pondok pesantren Al Fatah Temboro banyak yang memiliki hafalan Qur’an dan Hadist Nabi. Lama menjadi santri di pondok tersebut sampai lulus kurang lebih 10 tahun.
Bagi penulis, pondok ini bisa dijadikan salah satu referensi pondok pesantren. Siapa tahu bila kita ingin nyantri disana atau setidaknya untuk keturanan kita kelak.
Kampung Madinah Temboro Magetan
Nama Pondok Pesantren Al Fatah Temboro mungkin masih kalah tenar dengan julukan kampung Madinah. Padahal yang dimaksud kampung Madinah ya kampung atau desa dimana pondok Al Fatah itu berdiri.
Sudah sering kita lihat atau dengar beberapa berita yang membahas kampung Madinah di Indonesia. Dari media mainstream sampai anti-mainstream sekali dua kali pasti pernah memberitakannya.
Kampung ini memang menarik dan unik. Para warga kampung ini memakai pakaian syar’i. Bagi yang laki-laki memakai jubah dan peci khas temboro. Kemudian bagi perempuan memakai pakaian serba hitam, hijab, dan bercadar. Ada juga yang memakai hijab tanpa cadar namun tetap syar’i.
Para warga juga menjunjung tinggi Sunah Nabi Muhammad dan sunah Nabi sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Bahkan di pasar juga ada papan doa.
Cara hidup masyarakat kampung Madinah Temboro sangat dipengaruhi oleh pondok Pesantren Al Fatah. Ini bisa katakan adalah hasil dari dakwah ponpes Al Fatah Temboro, yang mau dan ikhlas berdakwah dari rumah ke rumah.
Satu Malam Di Pondok Pesantren Temboro
Penulis sendiri pernah mengunjungi pondok ini Bersama 2 teman serta saudara dari teman penulis. Dan penulis bermalam disana.
Saat itu penulis diajak seorang teman ke pondok tersebut. Kami berangkat dengan menumpang saudara teman yang akan ke pondok pesantren al fatah untuk mengunjungi anak-anak yang mondok disana.
Kami kesana mengendarai mobil dan berangkat dari Kabupaten Tulungagung pukul 11.00 siang hari. Perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam. Kami sempat berhenti untuk sholat Dhuhur.
Sampai dipondok pesantren temboro kurang lebih jam 2 siang. Paman teman memberhentikan mobilnya di depan ponpes al fatah temboro putri.
Penulis dan kedua teman pun kaget ketika melihat diluar kaca pondok terlihat banyak wanita berpakaian hitam dan bercadar.
Bukan karena pakiannya loh ya. Kami kaget karena berhentinya mobil di depan pondok putri. Sebagai pemuda jomblo, kami jadi salah tingkah.
Paman teman penulis memberi aba-aba kami untuk segara ganti pakaian. Kami pun ganti pakaian didalam mobil. Mau keluar pun malu banyak santriwati yang sedang diluar Bersama keluarganya.
Setelah selesai ganti baju dan memakai pakaian terbaik. Kami pun keluar dari mobil.
Kesan pertama di Temboro
Setelah keluar dari mobil, penulis melihat istri dari paman teman memasuki gerbang pondok. Mungkin untuk memanggil anak-anaknya. Karena memang semua anak putri beliau berjumlah 3 mondok dipondok tersebut.
Penulis mencoba mengamati sekeliling tempat parkir. Ramai sekali saat itu, banyak orang tua yang sedang mengunjungi anak perempuannya. Dan semuanya memakai pakaian hitam dan bercadar.
Tak berselang lama setelah kami keluar dari mobil dan tolah-toleh kanan-kiri. Kami dipanggil oleh Paman teman penulis. Sesegera mungkin penulis mendekat.
Penulis kira mau diapain gitu ternyata kami mendekat disuruh untuk makan siang. Ya kebetulan penulis juga sedang kelaparan. Walaupun cuma perjalanan 3 jam ternyata juga menghabiskan banyak energi.
Kami pun menikmati makanan senikmat mungkin. Ternyata saudara teman penulis sudah membewa bekal dari rumah. Dari nasi sampai lauknya ditambah ada buahnya juga.
Suasana ramah tamah terlihat disekitar penulis. Para santriwati yang dikunjungi oleh keluarganya terlihat sedang menikmati hidangan yang sudah dibawakan dari kampung halaman.
Setelah selesai menyantap hidangan makan siang penulis dan teman-teman berinisiatip untuk segera beranjak dari parkiran pondok putri. Merasa tak enak juga bila berlama-lama berada disana.
Kami pun menuju ke salah satu masjid di pondok al Fatah. Ya karena memang sangat luas wilayah pondok al Fatah ini. Untuk menuju dari pondok putri ke masjid khusus laki-laki juga lumayan jauh untuk pejalan kaki. Kurang lebih berjarak 300 meter.
Masjid Markaz Temboro
Dalam perjalanan perjalan menuju masjid, tampak dikiri jalan terdapat lapangan yang sangat luas. Terdapat bangunan yang cukup besar. Menurut penjelasan salah satu teman yang pernah kesini sebelumnya. Lapangan yang luas itu tempat untuk latihan berkuda. Wah mantap nih, batin penulis. Jadi teringat kisah penulis ketika mengikuti pelatihan memanah dan berkuda di salah satu pondok yang bertempat di malang.
Penulis mengamati dari kejauhan tak tampak satu kuda pun dilapangan ataupun dibawah gedung. Mungkin karena memang saat itu siang hari dan udara juga lumayan panas.
Sampai juga kami di masjid yang dituju. Masjid ini bernama masjid Markaz Temboro. Dari luar nampak masjid ini kecil pintunya tak sebesar masjid-masjid agung dibanyak kota. Tempat wudhu berderat panjang di luar masjid, juga toilet yang berjejer banyak.
Kami pun masuk ke masjid tersebut. Sekilas penulis berpikir masjid ini kok berbeda dengan masjid pada umumnya. Tak nampak motif-motif hias seperti kebanyakan masjid dipinggir jalan.
Tiang-tiang penyangga bangunan juga berjejer rapi. Penulis menilai masjid tersebut mirip dengan Masjid Nabawi. Dari tiang-tiangnya dan adanya sekotak tanan ditengah-tengahnya.
Kami diarahkan oleh Paman Teman penulis untuk mengunjungi ke salah satu tiang. Terlihat angka-angka yang menempel ditiap tiang.
Kami berhenti disalah satu tiang dan menempatkan tas kami disana. Kami pun istirahat disana. Sembari merebahkan badan, terlihat disekitar kami, banyak para santri yang berlalu Lalang dan orang-orang yang sama-sama duduk ditiang. Menurut teman penulis mereka yang duduk disekitar tiang adalah orang yang sedang atau akan berdakwah ke daerah-daerah di indonesia.
Kantin murah
Setelah selesai istirahat sejenak, kami pun merasa lapar. Maka kami bersama-sama berinisiatif untuk mencari kantin pondok. sembari jalan-jalan, kami mengamati sekililing masjid. Jarak antara tempat kami duduk dengan kantin lumayan jauh, sekitar 300 meter.
Sesampainya dikantin penulis melihat harga-harga barang yang dijual. Penulis merasa kaget saat mengetahui harga barang yang dijual. Menurut penulis, harga barang di kantin pondok al fatah sangat miring alias murah. Misal harga siwak umumnya seharga 10 ribu disana dijual antara 6-8 ribu. Ini contoh kecil saja.
Malam jum’at yang penuh berkah
Ternyata keberangkatan kami sudah diatur saudara teman penulis, yakni bertepatan pada malam jum’at. Malam itu dipondok tersebut terasa istimewa. Jama’ah dari berbagai berkumpul.
Menurut teman penulis, setiap malam jum’at di Pondok Pesantren Al Fatah Temboro diadakan ceramah yang diisi oleh Kyai pondok. Atau semacam rutinan kalau menurut penulis.
Dari ba’da magrib sampai ‘isya diisi ceramah. Yang isi ceramahnya menusuk dada dengan lembut, membasuh hati yang kotor dan mengingatkan akan kebesaran Tuhan.
Penulis merasakan ketentraman saat mendengarka ceramah. Betul-betul menyadarkan diri ini yang sering lalai akan perintah-Nya.
Nasehat dalam ceramah yang masih penulis ingat ialah mengenai semua muslim adalah saudara. Diibaratkan satu tubuh, bila kaki sakit terkena duri bagian tubuh lain juga akan merasakannya. Dan bagian tubuh lain akan berusaha menyembuhkannya, misal tangan yang berusaha mencabut duri di kaki yang sakit.
Dan setiap muslim haruslah tetap menjaga silaturahmi. Saling kunjung mengunjungi dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Maka contoh nyata dari para santri disana dalam beramar ma’ruf ialah dengan dakwah dari rumah ke rumah.
Sekian ulasan penulis mengenai Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Magetan. Dan juga kisah penulis ketika satu malam berada disana. semoga ada hikmah yang dapat pembaca ambil.