Daftar isi
Selayang pandang
Malang Melintang di Kita Malang – Salam buat pembaca ibnudin. Pada artikel ini, penulis akan mengulas mengenai kisah penulis ketika pertama kali mengunjungi Kota Malang. Dengan berbekal alamat, penulis bersama teman-teman malang melintang di kota malang. Sebuah perjalan dolan ke kota malang dan kesan-kesan menarik ketika berada di kota tersebut.
Bagi orang jawa seperti penulis ini, budaya dolan sudah mengakar kuat pada diri penulis. Selain itu, dolan menjadi sarana tiap orang untuk refresing atau sedang mencari hiburan. Oh iya, dalam Bahasa Indonesia kata dolan berarti pergi bersenang-senang.
Penulis sendiri merupakan orang yang suka dolan atau bermain ke tempat-tempat baru. Tak heran bila penulis sering mengulas mengenai tempat wisata. Dan kisah ini menceritakan ketika penulis pertama kali ke Kota Malang.
Kota Malang
Kota Malang terletak di jawa timur, didaerah pegunungan yang sejuk. Penulis sendiri menganggap Kota Malang adalah Kota Bandungnya jawa timur. Karena kedua kota tersebut sama-sama berada di daerah pegunungan yang sejuk dan masyhur dengan suhu yang dingin.
Luas wilayah Kota Malang adalah 110,06 km2 seperti yang dilansir Wikipedia. Kota ini seluruhnya berbatasan dengan Kabupaten Malang. Sama seperti dengan Kota Batu, Kota Malang adalah bagian dari Karesidenan Malang atau sering disebut dengan Malang raya.
Kota Malang memiliki banyak julukan, seperti dilansir ngalam[dot]co. Ada yang menyebut kota ini sebagai kota Pendidikan karena di kota tersebut terdapat banyak instansi Pendidikan. Punya julukan Kota Bunga juga karena banyak taman bunga yang berada disana. Yang paling menarik adalah julukan paris van East java, atau Paris nya jawa timur, karena memang keindahan alam Kota Malang yang banyak dan menarik.
Kota ini juga memiliki banyak tempat wisata yang indah, termasuk kota atau kabupaten sebelahnya seperti kota batu dan kabupaten malang. Penulis anggap satu bagian dengan kota malang.
Pertama kali di Kota Malang
Penulis pertama kali menginjakkan kaki di Kota Malang pada akhir tahun 2012. Saat itu penulis ke Kota Malang dengan tujuan untuk melihat tempat PKL (Praktek Kerja Nyata) SMK. Penulis bersama teman-teman berombongan naik kereta api untuk menuju ke kota malang.
saat itu juga pertama kalinya penulis naik kereta. Baru tahu cara beli tiket beserta harganya, waktu masuk ke dalam stasiun dan kesan pertama naik kereta.
Penulis melakukan perjalanan dari Stasiun Tulungagung menuju ke Stasiun Kota Baru Malang sebagai tujuan utama.
Dari sekian banyaknya teman-teman yang saat itu berjumlah kurang lebih ada 17 anak. Tak ada satu pun yang pernah naik kereta dengan tujuan Kota Malang. Selain itu tak satupun dari kami yang tahu dimana letak tempat PKL yang kami tuju. Hanya bermodal alamat saja saat itu modal kami menuju tempat tersebut. Karena saat itu belum begitu viral penggunaan gps, berbeda dengan sekarang yang serba mudah.
Salah Turun Stasiun
Hal yang dikhawatirkan pun terjadi, kami kebingungan akan turun dimana. Gara-gara ngobrol dengan orang di kereta yang mengatakan jarak Stasiun baru Kota Malang dengan tempat yang kami tuju, Kecamatan Bululawang, sangat jauh.
Akhirnya kami memutuskan untuk turun di Stasiun Kepanjen Kabupaten Malang. Karena menurut orang-orang yang satu gerbong dengan kami mengatakan kalau bululawang lebih dekat dengan tempat yang kami tuju.
Namanya juga orang yang masih awam, kami pun turun di Stasiun Kepanjen seperti saran mereka. Setelah turun kami mencari masjid terdekat untuk sholat dhuhur, sembari istirahat dari perjalanan naik kereta. Walaupun naik kereta cuma duduk ternyata melelahkan juga.
Dari stasiun kami berjalan kurang lebih 200 meter unutuk mencapai sebuah masjid yang cukup besar dipinggir jalan. Karena jumlah kami banyak serta membawa beberapa barang yang perlu diajaga ketika ditinggal sholat. Kami pun berbagai tugas, ada yang sholat, menjaga barang dan ada juga yang mencari informasi angkutan menuju kecamatan bululawang.
Dari sekian banyaknya angkot yang parkir dipinggir jalan, hanya ada satu sopir yang mau mengantar kami ke tempat yang kami tuju. Karena memang track jalan angkot meraka pada dasarnya tidak melalaui kecamatan tersebut. Akhirnya kami menyewa satu angkot tersebut unutk mengangkut 17 anak.
Setelah si bapak sopir mengantar kami ke temapt yang kami tuju. Dan keperluan kami terlah selesai. Kami menghubungi si bapak sopir untuk menjemput kami. Sebelumnya tadi sibapak supir sudah memberi kontak bila sewaktu-waktu membutuhkan.
Perjalanan ke Kota Malang
Selanjutnya kami ingin pergi ke kota malang, karena seperti tak puas bila Cuma sekadar di kabupatennya tanpa mampir ke kota. Supir angkut sudah datang menjemput dan kami pun siap ke kota malang.
Perjalanan ini lebih menarik, karena bisa dikatakan ini sebuah pelanggaran jalur angkot. Pak supir pun menyuruh kami untuk menutup rapat-rapat pintu angkot. Entah penulis pun bingung maksud dan tujuannya.
Dalam perjalanan, penulis merasa angkot yang tumpangi seperti diawasi oleh para supir angkot kota. Beruntungnya kami selamat sampai ditujuan. Kami berhenti didepan stasiun kota baru malang.
Niat kami ke kota adalah untuk jalan-jalan melihat keindahan kota malang. Namun saat itu hari sudah sore, sedang tiket pulang kami masih besok hari jam 10. Kami pun juga tak punya rencana menginap dimana.
Salah satu teman memberi ide untuk mencari mushola, untuk meminta ijin tidur ditempat tersebut. Akhirnya kamipun menyurusi jalan sekitar stasiun.
Setelah tanya kiri-kanan, kami pun menemukan satu mushola yang sepertinya bisa untuk menginap mala mini.
Setelah sholat magrib kami pun meminta ijin kepada pengrurus mushola untuk diperkenankan tidur di mushola tersebut.
Kami pun bernegoisasi dengan pengurus masjid. Dan kami bersyukur diperkenankan untuk tidur di mushola tersebut. Dengan beberapa syarat, semisal jam 8 lebih pintu pagar mushola akan ditutup dan semua yang didalam tidak diperkenankan keluar.
Alun-alun Tugu Malang
Besok paginya setelah sholat subuh kami jalan-jalan dari mushola tersebut menuju ke alun-alun Tugu. Sebuah mini alun alun yang terletak didepan Kantor walikota malang.
Saat itu masih pagi, sehingga jalan masih sepi. Hanya terlihat beberapa mobil angkot yang sedang mencari penumpang.
Sampai lah kami ditempat kami turun dari angkot kemarin. Didepan stasiun terdapat patung kuda yang lumayan besar. Kami pun tak lupa mengabadikannya.
Setelah beberapa kali foto, kami pun malanjutkan perjalanan menujur alun alun tugu.
Selama perjalanan, penulis lumayan kedinginan. Suhu di malang benar-benar dingin berbeda dengan tempat tinggal penulis. Beruntung penulis membawa jaket yang lumayan tebal.
Tiba lah kami di alun alun Tuga malang. Kabut pagi masih membatasi pandangan mata, juga menambah rasa dingin ditubuh.
Ditengah-tengah alun alun ini terdapat kolam yang lumayan luas, berisi ikan-ikan dan pohon teratai. Yang menarik bagi penulis adalah pohon teratai, karena ini kali pertama penulis melihat bunga yang hidup diatas air ini.
Taman di alun alun ini juga menarik dan indah. Ditambah disediakan kursi untuk duduk membuat orang dengan nyaman menikmati pemandang disana.
Setelah puas menikmati pemandangan alun alun tugu kami pun kembali ke mushola tadi untuki bersih diri sekaligus pamit pulang.
Kuliner sebelum Pulang
Oh iya, sebelum sampai kemabli ke mushola. Penulis menyempatkan diri untuk mencari sarapan didepan stasiun malang. Menu yang penulis pilih adalah soto ayam kampung. Dengan harga yang lumayan ukuran kota, rasanya soto nikmat, tak menyesal penulis membelinya.
Selesai sarapan penulis segera kembali ke mushola dan jam 9 pagi penulis dan teman-teman pamit untuk pulang kepada para pengurus mushola.
Tepat pukul 10 pagi kami pulang menaiki kereta dari stasiun baru kota Malang menuju stasiun Tulungagung.
Mungkin yang dapat penulis ulas mengenai kisah penulis yang malang melintang di kota malang. Semoga ada manfaat untuk pembaca sekalian.